Salam blogger untuk pecinta
blogger di indonesia dan dimanapun anda berada , kali ini saya akan memberikan
sedikit informasi tentang Situs candi Liyangan , saya tertarik untuk menulis
artikel ini karena memang saya berasal dari kota temanggung dan sangat ingin
sekali berpartisipasi dalam memperkenalakan budaya dan wisatayang ada di
kabupaten temanggung , dan semoga
tulisan saya yang berasal dari berbagai sumber ini bisa memberikan informasi
yang memang sangat penting demi belajar sejarah kehidupan masa lalu yang bisa
bermanfaat bagi kehidupan sekarang dan kelak
Candi Liyangan adalah situs purbakala berupa candi dan kawasan
permukiman di lereng timur Gunung Sindoro tepatnya di permukiman warga Dusun
Liyangan, Desa Purbasari, Kecamatan Ngadirejo, berjarak sekitar 20 kilometer
arah barat laut dari kota Temanggung Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, Situs ini baru ditemukan pada tahun 2008.
Penemuan pertama berupa talud, yoni, arca, dan batu-batu candi. Penemuan
selanjutnya sebuah bangunan candi yang tinggal bagian kaki dan di atasnya
terdapat sebuah yoni yang unik, tidak seperti umumnya, karena yoni ini memiliki
tiga lubang.
Menurut sejarah penemuan awal Situs
Liyangan oleh masyarakat setempat, yaitu pada tahun 2008 masyarakat Temanggung
tiba-tiba saja dikejutkan dengan adanya sebuah penemuan candi lagi, di sebuah
penambangan pasir tidak jauh dari candi Pringapus, tepatnya di Dusun Liyangan,
Desa Purbasari Kecamatan Ngadirejo sekitar 20 kilometer arah barat laut dari
kota Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah.
Kemudian terjadi kembali penemuan
berupa sebuah bangunan candi yang tinggal bagian kaki dan di atasnya terdapat
sebuah yoni yang unik, tidak seperti umumnya, karena yoni ini memiliki tiga
lubang, profil klasik Jawa Tengah pada kaki candi menandakan candi ini berasal
dari abad 9 Masehi.
Yang menjadi misteri dan sangat
spektakuler adalah temuan terakhir pada akhir Maret 2010 berupa rumah panggung
dari kayu yang hangus terbakar dan masih tampak berdiri tegak. Satu unit rumah
tersebut berdiri di atas talud dari batu putih setinggi 2,5 meter.
Selain itu juga ditemukan satu unit
rumah kayu lain yang baru tampak pada bagian atapnya, menurut perkiraan
bangunan rumah tersebut berada dalam satu kompleks dengan candi dan kemungkinan
merupakan satu zaman.
Penelitian dan penggalian lebih lanjut dilakukan Balai Arkeologi
Yogyakarta pada 2010 dan 2011 menyimpulkan bahwa situs tersebut bukan merupakan
candi besar tetapi sebuah perdusunan Mataram Kuno. Berdasar gambaran hasil
survei penjajakan Balai Arkeologi Yogyakarta menyimpulkan bahwa Situs Liyangan
merupakan situs dengan karakter kompleks; indikasi sebagai situs permukiman,
situs ritual, sekaligus situs pertanian.
Balai Arkeologi Yogyakarta menemukan
jalan batu dan 40 guci Cina dari Dinasti Tang sekitar abad 9-10 Masehi di Situs
Liyangan Temanggung, Jawa Tengah.
Penemuan jalan batu dan guci Cina ini adalah hasil ekskavasi Balai Arkeologi Yogyakarta Mei lalu tepatnya pada penggalian keempat situs ini. Situs Liyangan merupakan kompleks peninggalan Mataram Kuno yang terdiri dari tiga bagian yakni area hunian, area peribadatan, dan area pertanian.Penemuan terakhir, adalah jalan batu sekitar 5 meter yang diduga menghubungkan area peribadatan dan area hunian. Jalan batu ini belum dibuka sepenuhnya karena tertutup oleh material lahar Gunung Sindoro.
Pihak Balai Arkeologi tengah melakukan penelitian lanjutan untuk memastikan kegunaan dari jalan batu tersebut. Hingga saat ini pun, pihaknya masih kesulitan untuk membuka semua jalur lantaran tebalnya lahar yang mencapai 5-12 meter.
Penemuan lain, adalah pecahan guci kuno zaman Dinasti Tang yang ditemukan di area hunian oleh para penambang pasir. Pecahan guci ini lantas disusun hingga menjadi sekitar 40 guci.Guci ini digunakan sebagai alat perkakas rumah tangga seperti mangkok, wadah air, dan sebagainya.
"Saat ditemukan, keadaan guci sudah remuk sehingga kami harus memasangnya kembali,"
Selain guci Cina,dalam penggalian akhir juga ditemukan enam batur atau plataran candi dengan ukuran kira-kira 40 sentimeter persegi serta alat perkakas dari gerabah dan tanah liat seperti pasu (baskom tanah liat), periuk, kendi, dan juga menemukan benda-benda yang terbuat dari logam seperti senjata tajam ( mirip pedang) dan alat pertanian berupa 'Lempak'.
Sebelumnya, pada penggalian tahun 2012 lalu, tim Balai Arkeologi Yogyakarta juga menemukan sarana peribadatan berupa candi, batur,selasar tangga batu, talud air dari kubus batu, talud air yang terbuat dari batu kali dan talud air dari papan batu.
"Diperkirakan benda-benda bersejarah tersebut merupakan peninggalan Mataram Kuno sekitar abad 9 Masehi,"
Penemuan jalan batu dan guci Cina ini adalah hasil ekskavasi Balai Arkeologi Yogyakarta Mei lalu tepatnya pada penggalian keempat situs ini. Situs Liyangan merupakan kompleks peninggalan Mataram Kuno yang terdiri dari tiga bagian yakni area hunian, area peribadatan, dan area pertanian.Penemuan terakhir, adalah jalan batu sekitar 5 meter yang diduga menghubungkan area peribadatan dan area hunian. Jalan batu ini belum dibuka sepenuhnya karena tertutup oleh material lahar Gunung Sindoro.
Pihak Balai Arkeologi tengah melakukan penelitian lanjutan untuk memastikan kegunaan dari jalan batu tersebut. Hingga saat ini pun, pihaknya masih kesulitan untuk membuka semua jalur lantaran tebalnya lahar yang mencapai 5-12 meter.
Penemuan lain, adalah pecahan guci kuno zaman Dinasti Tang yang ditemukan di area hunian oleh para penambang pasir. Pecahan guci ini lantas disusun hingga menjadi sekitar 40 guci.Guci ini digunakan sebagai alat perkakas rumah tangga seperti mangkok, wadah air, dan sebagainya.
"Saat ditemukan, keadaan guci sudah remuk sehingga kami harus memasangnya kembali,"
Selain guci Cina,dalam penggalian akhir juga ditemukan enam batur atau plataran candi dengan ukuran kira-kira 40 sentimeter persegi serta alat perkakas dari gerabah dan tanah liat seperti pasu (baskom tanah liat), periuk, kendi, dan juga menemukan benda-benda yang terbuat dari logam seperti senjata tajam ( mirip pedang) dan alat pertanian berupa 'Lempak'.
Sebelumnya, pada penggalian tahun 2012 lalu, tim Balai Arkeologi Yogyakarta juga menemukan sarana peribadatan berupa candi, batur,selasar tangga batu, talud air dari kubus batu, talud air yang terbuat dari batu kali dan talud air dari papan batu.
"Diperkirakan benda-benda bersejarah tersebut merupakan peninggalan Mataram Kuno sekitar abad 9 Masehi,"
Sejauh ini Pemerintah Kabupaten Temanggung untuk
kepentingan penelitian situs ini telah membebaskan lahan sekitarnya seluas
5.630 meter persegi milik warga setempat yang saaty itu digunakan untuk
penambangan galian C. Penelitian situs ini sangat penting untuk mengungkap
misteri sejarah peradaban jaman Mataram Kuno, yang membangun perkampungan di
Liyangan. (photo: arcomsoekarno.blogspot.com)
Dari hasil penelitian sementara yang
berhasil dikumpulkan tim arkeologi, bahwa secara umum, potensi data arkeologi
situs Liyangan tergolong tinggi berdasarkan indikasi, antara lain luas situs
dan keragaman data berupa bangunan talud, candi, bekas rumah kayu dan bambu,
strutur bangunan batu, lampu dari bahan tanah liat, dan tembikar berbagai
bentuk.
Disisi lain juga diperoleh kabar
berupa struktur bangunan batu, temuan tulang dan gigi hewan, dan padi, berdasar
gambaran yang lain dari hasil survei penjajakan tersebut Balai Arkeologi
Yogyakarta menyimpulkan bahwa Situs Liyangan merupakan situs dengan karakter
kompleks, yaitu yang mengindikasikan bahwa lokasi tersebut adalah situs
permukiman atau sebuah desa atau dusun di masanya, selain itu merupakan pula
situs ritual, dan situs pertanian.
Kunikan lain dari hasil penemuan
selanjutnya adalah luasan imajiner situs Liyangan berdasarkan survei
diperkirakan tidak kurang dari dua hektare. Di area tersebut tersebar data
arkeologi misteri yang menunjukkan sebagai situs perdusunan masa Mataram Kuno.
Mengingat sebagian situs terkubur lahar, masih sangat dimungkinkan luasan situs
lebih dari hasil survei.
Hasil penelitian tim Balai Arkeologi
menyimpulkan bahwa data arkeologi berupa sisa-sisa rumah berbahan kayu dan
bambu merupakan situs perdusunan masa Mataram Kuno sekitar 1.000 tahun lalu.
Akan tetapi yang menjadi tanda tanya dan menjadi penelitian yang menarik
adalah, kayu-kayu yang menjadi bagian terpenting bangunan di area
situs Liyangan tersebut hingga sekarang sebagian nampak masih kokoh tidak
termakan zaman.
Justru sebagian kayu-kayu tersebut
masih nampak utuh tampa cacat sedikitpun. Hingga sampai sekarang penelitian
tentang kayu-kayu tersebut masih dilakukan di laboratorium Balai
Arkeologi Yogyakarta.
Dan mulanya di lokasi penambangan
pasir tersebut ditemukan situs yang diduga tempat pemujaan atau ritual lainnya,
namun terakhir ditemukan pula bekas bangunan dari kayu dan bambu yang telah
menjadi arang dan di bawahnya terdapat talud dari batu putih setinggi 2,5 meter
dan terdapat saluran air.
Adanya temuan bangunan saluran air
tersebut menandakan bahwa waktu itu sudah ada manajemen air. Melihat konstruksi
kayu dengan garapan yang halus dan menggunakan atap dari ijuk menandakan bahwa
masyarakat pada masa itu telah memiliki budaya dan seni arsitektur
yang cukup baik di zamannya.
Sumber :